Nilai-nilai Pendidikan Religius KH Ahmad Dahlan
"Sebelum memulai, mari kita membaca al-Fathihah. Tetap mengirim al-Fatihah kepada Kyai yang akan kita diskusikan, meskipun ulama’ tersebut tidak menyarankan membaca fatihah kepada orang yang sudah meninggal dunia. Kita adalah warga Ahlu Sunnah Wal Jama’ah yang percaya adanya ziaroh kubur sebagaimana dalilnya Nabi Muhammad."
كنت نهيتكم عن زيارة القبور
فزوروها ولا تقولوا هجرا فإنها تذكر الآخرة
Nabi Muhammad memerintahkan untuk ziaroh sekaligus mendoakan, bahkan
orang yang sudah mati, Allah juga mempertegas hal tersebut dalam al-Qur’an “Orang
‘alim yang meninggal dunia itu sebenarnya tidak meninggal, tetapi dia hidup.”
Walisongo itu meninggal dunia tetapi meraka itu hidup bahkan menghidupi orang
hidup, misalnya bakul-bakul yang berjualan di sepanjang jalan menuju makam
wali. Penghidupan masyarakat sekitar yakni dari para pembeli yang ziaroh ke
makam-makam.
Jam’iyyah adalah sebuah perkumpulan yang terorganisir dan terstruktur
serta mempunyai tujuan. Kalau Jama’ah itu hanya berkumpul, tidak memiliki
tujuan, tidak memiliki inisiatif, tidak memiliki kesamaan nasib.
Organisasi-organisasi di Indonesia sangat banyak apalagi organisasi
keagamaan, baik yang sifatnya radikal, liberal, maupun Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
Tandanya kalau ahlu sunnah wal jama’ah itu produk negeri (SNI), contohnya yakni
NU (Nahdlatul Ulama’) dan Muhammadiyah. Kalau tidak SNI itu biasanya radikal
dan liberal, contohnya Hizbut Tahrir Indonesia. Biasanya organsisai tersebut
membujuk secara persuasif, mereka menyuguhkan tentang seajarah, yakni sejarah
konstatinopel, Muhammad al-Fatih, sahabat-sahabat Nabi, kemudian beranjak ke
fiqih, lalu lama-kelamaan jika tergiur akan ditawarkan konten manhajul fikr.
Maka, sangat tidak salah sama sekali kalau PMII ini
mendorong semangat untuk Manhaj al-Fikr, konsep
ala Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Salah satu cara untuk membentuk
mainset Manhajul Fikr adalah dengan menelusuri ulama’ Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Tidak NU saja, Muhammadiyah juga tercover dalam pemikiran Ahlu Sunnah
Wal Jamaah. NU condongnya ke Imam Syafi’i, kalau Muhammadiyah condongnya ke
Imam Hanafi. Itu titik tekan secara ‘ubudiyyah.
Di zaman akhir, umat Nabi Muhammad terpcah menjadi sangat banyak
golongan. Menggunakan kata “Firqotan” bukan “Thoifatan”. Artinya sama-sama
golongan. Di redaksi menggunakan “Firqotan” karena itu artinya golongan yang
sangat banyak. Sedangkan “Thoifatan” itu golongan banyak. Mu’tazilah,
Qodariyah, Mujassimah, Jassimah, dsb, itu terdapat sub golongan lagi. Misal,
dalam NU ada yang NU secara salafiyah (tulen), seperti Mbah Kyai Hasyim
Asy’ari, ada yang NU seperti Gus Dur, ada yang NU seperti Cak Imin (suka berpolitik).
Walaupun Gus Dur pernah menjabat sebagai presiden, tetapi NU Gus Dur itu
kembali ke Khitthah.
Memang ada juga sumber yang mengatakan bahwa Muhammadiyah itu tidak
bermadzhab namun tidak menyalahkan madzhab, tetapi secara AD ART Muhammadiyah,
mereka menganut Madzhab Hanafi.
Bisanya golongan produk impor menamai masjid dengan nama-nama shohabat,
pondok pesantren juga seperti itu, bahkan mempromosikan rumah tahfidz.
KH. Ahmad Dahlan nama kecilnya adalah Muhammad Darwis, beliau lahir di
perkotaan (Yogyakarta, 1 Agustus 1968 M) sedangkan KH Hasyim Asy’ari lahir di
pedesaan. Maka kebanyakan orang kota condong ke Muhammadiyah sedangkan orang
desa itu NU. Banyak Universitas Muhammadiyah daripada NU, tetapi banyak
pesatrennya NU daripada Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan merupakan putra dari Ta’mir Masjid Kesultanan
Yogyakarta, KH. Abu Bakar.
KH. Hasyim Asy’ari itu keturunan Wali di Madiun (Ki Ageng Basyariyyah
atau Syekh Wulan), beliau juga keturunan Sultan Hadiwijoyo (Joko Tingkir atau
Mas Karebet). Sultan Hadiwijaya adalah menantu Raden Fatah, Demak. Raden Fatah
itu keturunan Prabu Brawijaya (Raja Majapahit ke-5). Itu merupakan keturunan
dari Kerajaan Diansti Ming di China yang merupakan keturunan dari Jamaluddin
al-Husain al-Kabir (Syekh Jumadil Kubro), makamnya di Troloyo Mojokerto.
Kalau KH. Ahmad Dahlan, itu anak dari KH. Abu Bakar ➡️ Mbah Kyai Sulaiman ➡️ Kyai Murtadlo ➡️ Mbah Kyai Ilyas,
hingga bertemu sanad keturunan Raden Tumenggung Demang II ➡️ Raden Tumenggung
Demang I ➡️ Ki Ageng Gribig ➡️ Maulana Ishaq ➡️ Sayyid Jamaluddin al-Husain al-Kabir Trowulan.
Syekh Jumadil Kubro memiliki putra bernama Maulana Ishaq dan Syarif
Abdillah yang bermukim di Mesir. Syarif Abdillah memiliki istri dari tanah
Sunda bernama Syarifah Mudaim (Nyai Ageng Roro Santang), beliau putri dari Nyai
Subang Larang (istri Prabu Siliwangi).
Ulama’ besar asli Indonesia yang menjadi Imam Masjidil Harom adalah
Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (Minang, Sumatra). Makkah dikuasai Wahhabi
pada 1924 atau 1925an. KH. Ahmad Dahlan takjub dengan keilmuan ulama’ yang ada
di Makkah. Beliau mondok di sana selama 5 tahun. Di antara gurunya adalah
Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Jamaluddin al-Afghoni (Mujaddid Islam asal
Afganistan dengan paham Pan Islamisme). Pan Islamisme yakni mempersatukan umat
Islam di dunia, membangkitkan kekholifahan yang sudah runtuh. Guru KH Ahmad
Dahlan yang lainnya adalah Syekh Rasyid Ridlo, Syekh Zaini Dahlan, al-Nawawi
al-Bantani, Mahfud al-Turmusi, saat itu masa Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab.
Ulama’ Indonesia banyak yang menjadi Imam Masjidil Harom dan menjadi
gurunya KH Hayim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan. Kyai Ahmad Zaini Dahlan menulis
kitab “Al-Misykat”, kitab “Majmu’ Atba’ al-Rosail” yang
gandengannya kitab “Wasoya”.
Syekh al-Nawawi al-Bantani memiliki cucu bernama Buya Muhtadi,
Pandeglang, Banten, dan ada pula yang menjadi wakil presiden, yakni Kyai Ma’ruf
Amin.
TUNGGAL GURU OJO PADU, BEDO GURU OJO SATRU !
Berbeda pendapat itu boleh, beda guru itu boleh, yang penting
toleran, tasaamuh, tawaazun, ta’aadul, tawaasuth, itulah
prinsip-prinsip toleran Muhammadiyah dan NU juga memakai itu, karena gurunya
sama.
Kyai Ahmad Zaini Dahlan mempunyai guru Abu Bakar Syata’ al-Dimyati,
kitab karangannya adalah Syarah Irsyadul Ibad, Abu Bakar Syata’
al-Dimyati mempunyai guru Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari yang mengarang
kitab “Fathul Mu’in”, Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari punya guru namanya
Ibnu Hajar al-Haitami.
Ibnu Hajar di luar negeri ada dua yakni Ibnu Hajar al-Haitami dan Ibnu
Hajar al-‘Asqolani.
Ibnu Hajar al-Haitami mengaram kitab “Irsyadul Ibad” yang disyarahi oleh
Syekh Zaini Dahlan. Ibnu Hajar al-Haitami murid Zakaria al-Ansori yang
mengarang kitab “Fathul Wahab Syarah Manhaj al-Tullab”. Syekh
Zakaria al-Ansori muridnya Ibnu Hajar al-‘Asqolani, pengarang kitab Syarah
Sahih Bukhari yakni “Fathul Bari”. Terus sampai ke Hasan al-Basri, Imam Malik
ibn Anas, Kanjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam.
KH Ahmad Dahlan tertarik dengan keilmuan ulama’ di Makkah dan tidak mau
pulang padahal niatnya hanya berhaji. Beliau berkepribadian 'haus ilmu' (عطش العلم). Akhirnya beliau menetap selama 5 tahun.
Umur 20 tahun kembali ke Indonesia.
Beliau Menikah dengan Siti Walidah, mempunyai 7 anak, beliau juga
menikahi beberapa wanita lain.
KH Ahmad Dahlan & KH Hasyim Asy’ari pernah berguru pada Syaikhona
Khalil Bangkalan mengenai Ilmu Alat. KH Ahmad Dahlan beralih guru
pada Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridha, Muhammad ‘Abduh. Mereka adalah
mujaddid Islam, pemikirannya agak kebarat-baratan. Maka, ketika pulang ke
Indonesia terjun ke orang perkotaan (kaum modernis), sedangkan Hadroduts Syaikh
Kyai Haji Hasyim Asy’ari terjun ke orang kampung. Pemikiran merekalah yang
memengaruhi sepak terjang mereka itu sendiri.
KH Ahmad Dahlan pulang dan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18
November 1912. Kalau NU 31 Januari 1926.
Perjuangan mendirikan Muhammadiyah sampai Musholla beliau dibakar
orang-orang kampung karena dikira mendirikan agama baru, padahal beliau
mengajarkan Islam ala Modern. KH Hasyim Ay’ari mengajarkan ala ulama’ salaf.
Tetapi itu bukan berarti NU kalah, karena memegang prisip “المحافظة على قديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح”, memakai tradisi
dahulu yang masih bagus dipakai di zaman sekarang serta mengambil hal baik yang
mungkin itu lebih baik dari prinsip sebelumnya.
Dari segi akademisi, Muhammadiyah mengedepankan ilmu-ilmu barat (Inggris
Amerika Serikat, Kanada, Australia, Austria, Belanda, Denmark, Jerman,
Perancis, Italia, Portugal, Spanyol, Swedia, Yunani, dll) yakni sains,
teknologi.
NU dominan Timur Tengah (Bahrain, Siprus, Mesir, Turki, Persia, Irak,
Palestina, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi, Suriah, Uni
Emirat Arab, Yaman dan Palestina).
Di zaman Nabi, para Shohabat tidak pujian setelah adzan karena mereka
semua sudah hadir di dalam masjid sebelum adzan, begitupun di Arab sekarang.
Orangnya yang menunggu adzan, bukan adzan yang menunggu orang. Orangnya yang
menunggu sholat bukan sholat yang menunggu orang. Kalau di Indonesia ini tidak
ada puji-pujian maka tidak ada orang yang menunggu sholat.
Hadroduts Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari mendirikan NU bersama kedua
muridnya (Mbah Yai Bishri dan Mbah Yai Wahab Hasbullah) berikhtiyar secara
dhohir dan bathin. Beliau meminta fatwa kepada Waliyullah tanah Jawa, Syaikhona
Kholil (Paku bumi Indonesia di waktu itu). Jika paku bumi baru-baru ini, adalah
Mba Maimoen Zubair. Setiap zaman pasti ada Wali Autad, yang bagian menjaga
keamanan.
Hadroduts Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari di restui mendirikan
Jam’iyyah Nahdlotil Ulama’ oleh Syaikh Kholil, beliau memberikan fatwa
kepada murinya tersebut sebelumnya berpuasa 2 tahun, setiap malam melakukan
sholat hajat 21 rokaat, setiap roka’at membaca Surah Al-Taubah 21 kali, roka’at
kedua Surah al-Kahfi 41 kali. Sehingga NU menjadi organisasi yang amat besar
tidak hanya untuk Indonesia saja tetapi untuk dunia.
Ibarat kendaraan, NU ini besar banget, jika ingin belok ya hati-hati,
karena penumpangnya banyak.
🌹🌹🌹
Komentar
Posting Komentar